Pintu gerbang atau gapura merupakan pintu masuk atau entrance ke sebuah kawasan, dapat pula merupakan ikon karena biasanya menjadi komponen pertama yang tampak saat memasuki suatu wilayah. Begitu pula di Kalurahan Bugel, sebuah bangunan gapura berdiri di ruas jalan sebelah utara alun-alun/lapangan Bugel. Ruas jalan tersebut merupakan jalan utama menuju kawasan kantor Pemerintah Kalurahan Bugel yang berada tepat di sisi selatan lapangan.
Sebagai Kalurahan Budaya, infrastruktur dibangun dengan memperhatikan dan menimbang khasanah nilai-nilai luhur serta makna filosofi sehingga pintu gerbang atau gapura Kalurahan Bugel yang dibangun pada era pemerintahan Lurah Edi Priyono, S.IP ini pun tak sekedar bangunan tanpa makna. Babaring sedya sedyaning ati (makna dan tujuan) pembangunan gapura tersebut tidak hanya agar indah dipandang mata namun juga menyampaikan pesan khusus yang melekat sepanjang sejarah.
Pemerintah Kalurahan Bugel dalam mengemban amanah menjalankan roda pemerintahan berusaha untuk manjing ajur ajer dengan warga (mampu untuk masuk, melebur dan menyesuaikan diri tanpa harus kehilangan prinsip dan jati diri) dengan berlandaskan ajaran-ajaran luhur serta paugeran negara. Hal inilah yang tercermin dalam bentuk gapura Kalurahan Bugel, yang dapat dijabarkan sebagai berikut:
- Pondasi.
Pondasi kokoh di sisi kanan dan kiri yang menjadi tumpuan gapura memiliki makna bahwa setiap orang, pamong maupun warga, harus memiliki landasan yang kuat dalam menjalankan tugas dan kewajiban, baik dari sisi agama maupun negara. Dari sisi agama harus memiliki iman yang kuat dan dari sisi negara harus berpegang teguh pada Pancasila dan hukum yang berlaku. - Tiang Penyangga.
Penyangga gapura sisi kanan berjumlah 5 pilar, sisi kiri pun berjumlah 5 pilar. Hal ini melambangkan 5 rukun Islam dan 5 sila dalam Pancasila yang harus dijadikan pegangan hidup. Jumlah pilar sisi kanan dan kiri jika digabungkan akan berjumlah 10 dan menggambarkan jumlah pedukuhan di Kalurahan Bugel. - Kubah di Atas Pilar.
Di atas pilar-pilar penyangga sisi kanan dan kiri dibangun bentuk menyerupai kubah yang masing-masing melambangkan masjid sebagai tempat ibadah utama/tempat pembinaan umat di setiap pedukuhan dan melambangkan Balai Kalurahan sebagai tempat pelayanan dan rumah bagi warga Kalurahan Bugel. - Bentang Tengah
Bentang tengah yang melengkung di atas jalan berbentuk pita bertuliskan kalimat selamat datang menghubungkan kedua penyangga di sisi kanan dan kiri, menggambarkan hubungan antara ajaran agama dan Pancasila sebagai pegangan membangun Kalurahan Bugel. - Tokoh Pewayangan Semar
Tokoh pewayangan Semar yang berada di atas bentang tengah gapura memiliki makna bahwa pimpinan (Lurah) dan Pamong Kalurahan harus memiliki jiwa pamomong, pamot dan pengayom dalam menjalankan tugas. Tokoh Semar dibangun menghadap kiblat mengisyaratkan pimpinan (Lurah) dan Pamong Kalurahan harus bersikap lurus dan taat terhadap aturan agama. Selain itu, perlambang ini juga memiliki harapan agar warga tidak samar (ragu) dalam mencari dan meminta pelayanan karena pada dasarnya Pamong Kalurahan adalah pelayan masyarakat. - Logo Pura Pakualaman
Logo Pura Pakualaman berada di atas kubah dan menunjukkan bahwa wilayah Kalurahan Bugel termasuk dalam wilayah Adikarta di bawah Kadipaten Pakualaman.
Demikian makna di balik bentuk gapura Kalurahan Bugel, kandungan filosofi tersebut tercatat sebagai bagian dari budaya yang di-uri-uri di Kalurahan Bugel melalui berbagai bentuk.(gandung/red)