Hujan deras yang turun beberapa hari terakhir membuat sawah di Kalurahan Bugel terendam genangan air. Jika air yang menggenangi sawah ini tidak surut selama beberapa hari, dikhawatikan tanaman yang ditanam di sawah bisa terancam mati.
Penyebab banjir di sawah tidak kunjung surut lantaran tidak lancarnya saluran drainase akibat menumpuknya tanaman enceng gondong di Sungai Heysheiro. Sebagai tumbuhan gulma invasif, enceng gondok memiliki kecepatan tumbuh dan kepadatan yang tinggi. Apabila pertumbuhan eceng gondok tak terkontrol, bisa menjadi masalah bagi ekosistem perairan. Keberadaanya diperairan dapat menyebabkan tersumbatnya saluran air, mempercepat pendangkalan bahkan bisa menyebabkan air sungai menguap.
Untuk melancarkan kembali aliran sungai, lurah dan pamong Kalurahan Bugel serta warga bergotong royong membersihkan enceng gondok yang tumbuh banyak di bantaran Sungai Heyseiro. Mayoritas warga yang ikut gotong royong merupakan petani. Mereka adalah petani di Kalurahan Bugel yang terkena imbas banjir di sawah milik mereka.
Gotong royong dilakukan selama dua hari, yaitu pada tanggal 29-30 Oktober 2024. Kegiatan gotong royong difokuskan di Jembatan Gupit, Karangsewu, Galur, karena enceng gondok menumpuk disekitaran jembatan tersebut. Pembersihan enceng gondok dilakukan menggunakan alat sederhana seperti bambu dan tali tambang. Adanya gotong royong membersihkan enceng gondok ini diharapakan aliran air dapat lancar kembali sehingga banjir yang menggenangi sawah milik warga segera surut. (ap)