Jelang Ramadhan, masyarakat Kalurahan Bugel melaksanakan suatu rangkaian laku budaya berupa kegiatan pembersihan makam leluhur dari kotoran dan rerumputan, melakukan ziarah kubur, menabur bunga serta puncaknya memanjatkan doa bersama dan kenduri. Rangkaian kegiatan ini dikenal dengan sebutan nyadran. Dilansir dari Wikipedia, nyadran memiliki asal kata dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya keyakinan. Dalam bahasa Jawa, nyadran berasal dari kata sadran yang artinya ruwah syakban. Budaya nyadran juga dapat dimaknai sebagai cara menghargai para leluhur dan mengungkapkan syukur kepada Tuhan serta sebagai salah satu langkah pembersihan diri jelang Ramadhan.
Mulai pertengahan Maret atau 2 minggu jelang Ramadhan, pedukuhan se-Kalurahan Bugel melaksanakan nyadran di pedukuhan masing-masing pada tanggal yang disepakati oleh warga pedukuhan tersebut. Pedukuhan I melaksanakan nyadran pada Minggu (13/03/2022) di makam Candi Loyo, Pedukuhan III dan IV pada Jumat (21/03/2022) di makam Menthikan, menyusul pedukuhan-pedukuhan lainnya. Pedukuhan VII melakukan kenduri nyadran pada Minggu (27/03/2022) di dekat makam Temuroso setelah malam sebelumnya menggelar doa bersama.(teguh)