Setiap bulan Suro Kalurahan Bugel secara rutin melaksanakan Merti Desa dengan menampilkan unsur seni dan adat yang ada di wilayah Bugel seperti kirab gunungan, pentas karawitan, jathilan, sendra tari, kethoprak, do’a bersama (mujahadah), dll. Acara ini merupakan acara tradisi leluhur yang secara turun temurun diwariskan kepada generasi berikutnya dengan maksud sebagai simbul rasa syukur dan terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa . Upacara adat Merti Desa (Suran) oleh nenek moyang dahulu juga dimaksud sebagai sarana pensucian/pembersihan segala bentuk “sukerta/reretu” yang menganggu ketentraman masyarakat, selain itu juga sebagai sarana sosialisasi, gotong royong dan bentuk refleksi kehidupan bermasyarakat.
Di tahun 1445H ini, bertepatan hari Selasa Pon, (15/08/2023), Kalurahan Bugel melaksanakan Merti Desa bertemakan “Greget Nyawiji Sengguh Ora Mingkuh, Hamemayu Hayuning Bawono Hambrasto Dur Angkoro”. Greget nyawiji sengguh ora mingkuh artinya adalah bersatu dengan semangat penuh percaya diri pantang mundur. Hamemayu hayuning bawono artinya membuat dunia menjadi indah (ayu) atau sebagai bentuk upaya menjaga kelestarian alam. Sedangkan hambrasto durangkoro artinya memberantas sifat angkara murka serakah dan tamak. Jadi manusia hidup di dunia harus mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan serta memberantas sifat angkara murka/serakah/tamak. Dengan nilai luhur yang dikandung semoga masyarakat mengilhami, menjiwai, dan menjadikan pandangan hidup.
Acara merti dimulai pukul 08.00 - selesai, yang dimeriahkan dengan adanya berbagai hiburan diantaranya, klenengan Pamong, kirab bregada dan gunungan, tari dari TK, PAUD, dan Angguk Joiranan, serta Jathilan Pudhak Turonggo Mudo. Selain itu, berbagai stand jualan dari UMKM juga ikut memeriahkan acara, yang memasarkan berbagai produk lokal olahan masyarakat Bugel, seperti telor asin, peyek, keripik pisang, tas enceng gondok, kain ecoprint, dan masih banyak lagi.(asih/gandung)