You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan Bugel
Kalurahan Bugel

Kap. Panjatan, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

Selamat Datang di Website Resmi Kalurahan Bugel, Kapanewon Panjatan, Kabupaten Kulon Progo

Warisan Budaya dan Kearifan Lokal dalam Arana Niwasana

Redaksi 21 Desember 2021 Dibaca 1.072 Kali
Warisan Budaya dan Kearifan Lokal dalam Arana Niwasana

(Artikel ini merupakan salinan dari artikel berjudul sama yang dimuat dalam Media Ekspresi Desa Budaya edisi II-November 2021, Kundha Kabudayan DIY)

Gaya hidup ramah lingkungan belakangan semakin digemari seiring dengan meningkatnya kesadaran lingkungan. Berbagai sektor usaha mulai menggali alam untuk menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan, tak terkecuali sektor industri busana khususnya batik. 

Batik sebagai hasil proses budaya yang diwariskan turun-temurun sesungguhnya sudah tidak asing lagi dengan andil alam dalam proses pembuatannya. Di masa-masa awal, bahan-bahan pewarna batik berasal dari bagian-bagian tumbuhan yang meliputi akar, batang, daun, kulit dan bunga. Beberapa tumbuhan yang digunakan sebagai pewarna alami pada masa itu antara lain soga, mengkudu, daun jati, tegeran, secang dan lain-lain. Pada perjalanannya bahan pewarna dan teknik pewarnaan batik mengalami perkembangan, salah satunya ecoprint yang hadir memperkaya khasanah batik dengan mengusung konsep ramah lingkungan. 

Berasal dari kata eco yang berarti alam dan print yang berarti mencetak, batik kontemporer/kain motif ini dibuat dengan cara mencetak bahan-bahan dari alam. Pembuatan sehelai batik kontemporer/kain motif ecoprint membutuhkan waktu yang cukup lama. Proses diawali dengan mordanting (pembersihan kain dari kotoran), dilanjutkan dengan proses pencetakan daun/bunga pada kain,  selanjutnya pengukusan dan pada tahap berikutnya fiksasi. Kain serat alami dipilih sebagai dasar karena kemampuannya yang baik dalam menyerap warna. Proses tersebut tanpa bahan-bahan kimia sehingga meminimalisir pencemaran lingkungan. Bahan baku pewarna tidak berbeda jauh dari masa-masa awal perkembangan batik yakni meliputi penggunaan akar, batang, daun, kulit dan bunga dari tumbuh-tumbuhan, perbedaan ada pada proses penorehan warna pada kain. 

Mengusung Arana Niwasana sebagai jenama, Kalurahan Bugel turut serta meramaikan khasanah batik nusantara dengan mengembangkan batik kontemporer/kain motif ecoprint. 

“Arana Niwasana adalah merk produk ecoprint Bugel yang merupakan gabungan kata yang berasal dari bahasa Sansekerta yakni arana yang berarti kain dan niwasana yang berarti indah atau menakjubkan. Jadi Arana Niwasana dapat berarti kain yang indah, kain yang menakjubkan”, tutur Suparwata, pelopor sekaligus pencetus ide jenama untuk batik kontemporer/kain motif ecoprint produk Kalurahan Bugel.

Bermula dari pengenalan ecoprint oleh Sekolah Alam yang kala itu menjadi narasumber dalam rangka pelatihan perpustakaan berbasis inklusi sosial, Kalurahan Bugel mencoba memproduksi batik kontemporer/kain motif ecoprint. Kemudian untuk memantapkan kemahiran pengrajin yang terdiri dari penduduk usia produktif, pelatihan lanjutan diselenggarakan dan difasilitasi oleh Lazismu. Pada tahap pelatihan selanjutnya, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta (LPPM UNY) hadir dan melengkapi pengetahuan pengrajin akan teknik pemasaran, pembekalan manajemen dan penguatan motif khas.

Motif khas ecoprint Kalurahan Bugel tidak dapat dilepaskan dari kearifan lokal. Di alam kalurahan tumbuh beragam tanaman dan sebagian besar penduduk memiliki mata pencaharian bertani. Lahan pertanian (sawah) yang tersebar di wilayah kalurahan ditanami dengan menerapkan sistem pertanian surjan. Lahan sawah tersebut terdiri dari lebak (rendah) dan gundukan (tinggi). Pada bagian lebak biasanya ditanami padi sedangkan pada bagian gundukan ditanami sayur-sayuran/holtikultura. Dari atas, lahan tampak berlajur atau bergaris-garis. Garis-garis ini mirip dengan motif pakaian tradisional surjan. 

Di wilayah Kalurahan Bugel, di antara lahan-lahan pertanian tersebut terdapat saluran-saluran irigasi. Ledakan populasi gulma enceng gondok pernah terjadi di saluran-saluran irigasi serta di wilayah perairan sekitar. Ledakan populasi gulma tersebut merusak lingkungan perairan serta seringkali menjadi penyebab terjadinya bencana banjir. Oleh penduduk, gulma enceng gondok kemudian dimanfaatkan untuk membuat kerajinan anyaman, sebagai salah satu solusi mengatasi masalah lingkungan. Pada perkembangannya, kerajinan enceng gondok menjadi salah satu produk unggulan Kalurahan Bugel dan telah memiliki pangsa pasarnya sendiri. 

Menggali potensi kalurahan dan menimbang kearifan lokal tersebut, LPPM UNY menghasilkan desain motif ecoprint khas yang kemudian disumbangkan kepada Kalurahan Bugel. Menurut LPPM UNY, motif yang telah memiliki hak cipta ini merupakan simbol integrasi antara budaya, lingkungan dan mitigasi dalam desain ecoprint. Desain motif khas tersebut memuat simbol geblek renteng berjajar sebagai tumpal dengan menggunakan pewarna daun jati. Geblek renteng ini menyimbolkan makanan khas Kulon Progo. Di atas tumpal geblek renteng terdapat gambar daun enceng gondok yang menyimbolkan adanya permasalahan lingkungan perairan di wilayah kalurahan karena adanya ledakan populasi gulma eceng gondok di saluran irigasi akibat pencemaran hara di perairan (eutrofikasi). Pada motif ini juga terdapat garis-garis memanjang sejajar yang pewarnaannya menggunakan pelepah daun pisang sebagai simbol sawah surjan yang merupakan bentuk kearifan lokal pengelolaan ekosistem pertanian di wilayah dengan drainase buruk. Di sela-sela garis-garis memanjang tersebut terdapat variasi modifikasi dengan aneka daun atau bunga yang menjadi kreativitas tersendiri bagi pengrajin. 

Hasti, salah satu pengrajin, menuturkan bahwa membuat kain motif ecoprint ini penuh dengan kejutan karena meskipun bahan yang digunakan sama memungkinkan hasil yang berbeda. Proses mencoba-coba berbagai macam daun/bunga menghasilkan motif dan warna-warna yang tidak terduga. Sedangkan Suparwata sendiri telah menginisiasi dokumentasi proses produksi ecoprint Kalurahan Bugel. Dokumentasi tersebut dijadikan acuan dalam produksi selanjutnya dan juga dapat digunakan sebagai katalog produk Arana Niwasana. Saat ini  produk Arana Niwasana dibuat berdasarkan pemesanan. Pengrajinnya tersebar di beberapa titik dan terdapat beberapa pengepul.

Arana Niwasana sebagai salah satu produk unggulan ramah lingkungan kini menjadi salah satu cindera mata khas daerah. Hal ini mendukung Kalurahan Bugel sebagai kalurahan budaya dan juga kawasan wisata maritim. Ke depan, seiring dengan kesadaran lingkungan, pertimbangan kesehatan (tanpa bahan berbahaya), tuntutan pasar dan ketersediaan bahan baku, diharapkan produksi Arana Niwasana dapat berkesinambungan dan mampu menembus pasar batik baik lokal, nasional maupun internasional serta secara langsung berkontribusi dalam menggerakkan perekonomian masyarakat. (Fa)

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image